Bladsye

Woensdag 29 Mei 2013

Pesona Pantai Batu Guci Dan Cerita Si Pahit Lidah

 Hamparan Pasir Putih nampak masih alami, merupakan pemandangan yang ada di Kabupaten 1.000 pantai. Kabupaten Lampung Selatan, pantai seperti karang dan pasir berwarna putih dengan pemandangan Gunung Rajabasa di sisi sebaliknya menjadi pesona pantai yang unik.

Pantai Batu Guci berada di Desa Maja, kecamatan Kalianda. Kondisi pantai berpasir putih terhampar sejauh mata memandang. Deburan ombak yang tenang membelah perlahan di antara batu karang besar di sisi kanan pantai.

Untuk mencapai pantai ini tidaklah susah. Bila menyusuri pesisir Kalianda, ada plang berwarna cokelat di pintu masuk pantai. Namun, bila membawa kendaraan harap hati-hati karena jalan masuk masih tanah. Terlebih, jika sehabis diguyur hujan.

Keunikan pantai yang berjarak sekira lima kilometer dari pusat kota Kailanda tersebut terletak pada batu-batu karang besar serta legenda yang menjadi latar belakangnya. Pengelola Pantai Batu Guci, SH Rachman (54), mengatakan, zaman dahulu, pantai tersebut adalah dermaga yang menghubungkan antara Sumatera dan Jawa.

”Pantai ini sebenarnya adalah pelabuhan. Batu-batu karang yang berukuran panjang itu adalah dermaganya. Dan pesisir pantainya adalah sebuah desa tua,” jelas Rachman.

Asal mula Pantai Batu Guci, sambung Rachman, konon karena ditemukan sebuah guci peninggalan pedagang di atas karang yang paling besar. ”Tapi sekarang gucinya sudah tidak ada. Itu kata orang-orang zaman dahulu,” imbuhnya.

Versi lain, di Pantai Batu Guci, yakni si Pahit Lidah yang mengutuk kapal-kapal bangsa asing menjadi batu karang di tengah laut. ”Legendanya, batu-batu karang yang ada di tengah laut itu dulunya adalah kapal-kapal bangsa asing pada zaman Majapahit. Si Pahit Lidah tidak menyukai itu lalu mengutuk mereka menjadi batu,” katanya.
Si Pahit Lidah adalah tokoh legenda di Sumatera yang memiliki kesaktian mampu mengubah apa pun yang dikutuknya menjadi batu. Menurut cerita, dia bernama asli Serunting, seorang pemuda asal jazirah Arab yang berkelana ke Sumatera dan masuk melalui Aceh. Wilayah kelananya meliputi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Lampung.

Rachman menambahkan, pengunjung paling sering datang ke Pantai Batu Guci pada hari libur, seperti Sabtu, Minggu atau hari besar.

Dia yakin, bila sarana yang ada diperbaiki lagi akan bertambah banyak orang yang datang. ”Yang penting, jalan masuk diperbaiki, diaspal, tidak jalan tanah seperti sekarang ini,” tukas Rachman.

Pria yang sudah menjadi pengelola Pantai Batu Guci sejak 1993 itu mengatakan, bila mengandalkan tarif masuk pantai yang hanya Rp3.000 per orang tentu tidak cukup untuk membenahi dan memperbagus fasilitas di pantai. ”Bantuan dari pemda baru dua tong sampah,” ujarnya.

Rachman berharap Pemkab Lampung Selatan dapat membenahi pantai yang memiliki potensi wisata tersebut.

Lepas dari itu, Rachman menjamin pengunjung puas jika sudah mencapai pantai. Suasana yang tenang dengan pepohonan rimbun menghias bibir pantai. Keistimewaan pantai ini, ada dua spot bermain yang bisa dipilih.

Spot pertama, seperti pantai-pantai lainnya, deburan ombak yang berkejaran. Sedangkan spot kedua yakni kolam renang alami yang berada di antara bebatuan karang dengan airnya yang jernih.

Batu-batu karang tersebut seakan menjadi ceruk yang memerangkap air laut dan membentuk kolam berair jernih yang menampakkan pemadangan indah dasar pantai yang penuh dengan karang.

Bila air surut, kita dapat menyusurinya sambil menyaksikan pemandangan karang-karang  seakan sebuah akuarium raksasa dengan ikan-ikan menghiasinya.
 

Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking